7 Kesalahan Umum Saat Menggunakan Stretch Film di Gudang
7 Kesalahan Umum Saat Menggunakan Stretch Film di Gudang -Saya sudah lebih dari lima tahun bekerja di gudang distribusi mulai dari bagian pengepakan, operator wrapping machine, sampai mengawasi tim pengiriman. Dari pengalaman itu, saya bisa bilang: stretch film memang kelihatannya sederhana, tapi penggunaannya bisa jadi rumit kalau tidak paham teknik dasarnya.
Banyak orang mengira tinggal lilit saja, padahal detail kecil seperti arah gulungan atau ketegangan bisa menentukan apakah barang sampai dengan aman atau malah rusak di perjalanan.
Stretch film atau sering dikenal dengan plastik wrapping barang itu ibarat “sabuk pengaman” untuk produk. Kalau dipasang asal-asalan, maka bukan cuma barang yang terancam, tapi juga reputasi perusahaan. Saya sudah lihat sendiri beberapa kerugian besar hanya karena kesalahan sepele waktu wrapping.
Jadi, lewat tulisan ini, saya ingin berbagi tujuh kesalahan umum yang sering terjadi saat menggunakan stretch film di gudang termasuk dua tambahan berdasarkan pengalaman pribadi saya yang sering luput dari perhatian banyak orang.
1. Tegangan Gulungan Tidak Konsisten
Kesalahan paling klasik dan paling sering saya temui adalah tegangan yang tidak seragam. Kadang operator narik film terlalu kuat di awal, lalu mulai kendor di tengah atau akhir lilitan. Akibatnya, film jadi sobek, posisi barang di palet jadi goyah, bahkan kadang palet bisa roboh saat diangkut forklift.
Saya pernah lihat kasus di mana karton produk farmasi penyok karena lilitan film terlalu kencang. Barangnya memang aman dari luar, tapi begitu dibuka, ternyata sebagian isi rusak. Sejak itu, saya selalu ingatkan tim: jaga ketegangan tetap stabil.
Solusinya? Gunakan stretch film dispenser atau mesin wrapping yang punya pengatur tegangan otomatis. Kalau masih manual, latih operator untuk menjaga tarikan yang sama dari awal sampai akhir. Teknik ini sederhana tapi efeknya besar film lebih efisien, hasil wrapping rapi, dan risiko rusak berkurang drastis.
2. Arah Pembungkusan yang Salah
Ini juga sering terjadi, terutama kalau pekerja baru belum tahu cara membedakan sisi lengket dan sisi halus film. Setiap roll stretch film biasanya punya satu sisi yang lebih lengket (cling side). Nah, sisi inilah yang seharusnya menempel ke produk, bukan sebaliknya.
Pernah suatu kali, tim saya membungkus 40 palet dengan arah terbalik. Hasilnya? Setengah dari palet longgar dan harus dibungkus ulang. Kerugian waktu dan bahan tidak sedikit.
Cara paling mudah menghindari kesalahan ini adalah uji sentuh cepat sebelum mulai menggulung. Tempelkan jari ke permukaan film sisi yang terasa lebih lengket itulah yang harus berada di dalam. Pastikan juga seluruh tim tahu arah gulungan roll sejak awal shift.
3. Lilitan Berlebihan
Saya tahu banyak operator yang berpikir, “Lebih banyak lilitan, lebih kuat.” Padahal, kenyataannya lebih banyak tidak selalu lebih baik. Saya sering temukan film terbuang sia-sia karena kebiasaan ini.
Untuk barang-barang ringan, 3–5 lapisan sudah cukup. Kalau beban berat, tambahkan sedikit di bagian dasar dan atas palet. Tapi kalau setiap palet dililit sampai 10 kali, jelas boros bukan cuma bahan, tapi juga waktu kerja.
Saya pribadi lebih suka mengajarkan teknik melilit yang efisien: mulai dari bawah ke atas dengan sedikit overlap (sekitar 30–50%), lalu kembali turun untuk mengunci bagian bawah. Dengan cara itu, palet tetap kokoh tanpa boros film.
4. Menggunakan Jenis Stretch Film yang Salah
Tidak semua stretch film diciptakan sama. Ada yang dirancang untuk barang ringan, ada yang untuk beban berat. Kesalahan memilih jenis film sering berakhir dengan dua hal: barang rusak atau biaya membengkak.
Saya pernah mencoba film tipis 12 mikron untuk produk baja ringan — hasilnya film mudah sobek di sudut palet. Sebaliknya, waktu pakai film 23 mikron untuk barang ringan seperti snack, hasilnya pemborosan besar karena film terlalu tebal dan tidak perlu.
Kuncinya adalah pahami dulu kebutuhan: berat beban, tinggi palet, dan kondisi penyimpanan. Untuk beban berat, gunakan film high-performance atau pre-stretched yang punya daya tarik tinggi. Untuk produk ringan, cukup pakai film standar agar efisien.
Dan jangan ragu untuk uji coba beberapa jenis film sebelum memutuskan pembelian besar. Dari situ, Anda akan tahu mana yang paling cocok dengan ritme kerja gudang Anda.
5. Mengabaikan Perawatan Mesin Pembungkus
Kalau Anda bekerja di gudang modern, kemungkinan besar sudah pakai mesin wrapping otomatis atau semi-otomatis. Tapi masalahnya, banyak yang anggap mesin bisa jalan terus tanpa dicek.
Padahal, saya sudah lihat sendiri kerugian besar gara-gara roller aus atau sensor longgar. Film jadi mudah sobek, lilitan tidak merata, dan hasil wrapping berantakan. Kadang mesin malah berhenti di tengah proses.
Solusinya sederhana: buat jadwal perawatan rutin. Bersihkan roller setiap minggu, periksa pengatur tegangan, dan pastikan semua komponen mekanis berfungsi baik. Kalau ada suara aneh atau hasil lilitan tidak konsisten, hentikan dulu dan lakukan pengecekan sebelum melanjutkan produksi.
Saya juga sarankan setiap operator diberi pelatihan dasar maintenance. Setidaknya mereka tahu kapan mesin butuh perhatian khusus dan tidak menunggu sampai rusak total.
6. Tidak Menyesuaikan Stretch Film dengan Suhu dan Lingkungan Gudang
Nah, ini poin tambahan yang jarang dibahas padahal penting banget. Stretch film sangat dipengaruhi oleh suhu dan kelembapan.
Di gudang saya dulu, kami pernah punya masalah film yang jadi rapuh dan mudah sobek. Setelah dicek, ternyata karena gudang terlalu panas — suhunya sering di atas 35°C, apalagi kalau siang hari. Film jadi kering dan kehilangan elastisitasnya. Sebaliknya, kalau suhu terlalu dingin, film jadi kaku dan susah menempel.
Solusinya? Simpan roll stretch film di ruang bersuhu stabil (sekitar 20–25°C) dan hindari paparan langsung sinar matahari. Kalau film sudah terasa keras, diamkan dulu di suhu ruangan sebelum digunakan. Untuk gudang yang lembap, pastikan ventilasi cukup agar film tidak menyerap uap air yang bisa mengganggu daya rekatnya.
Detail kecil seperti ini sering diabaikan, padahal bisa sangat memengaruhi hasil wrapping dan efisiensi bahan.
7. Tidak Melatih Operator Secara Berkala
Kesalahan terakhir — dan menurut saya paling krusial — adalah kurangnya pelatihan operator. Banyak perusahaan berpikir cukup memberi alat dan instruksi dasar, tanpa pembinaan lanjutan. Padahal, teknik wrapping itu bukan cuma tentang memutar film; ada ilmu di baliknya.
Operator yang terlatih akan tahu kapan tegangan harus ditambah, arah film mana yang benar, dan bagaimana memanfaatkan bahan seminimal mungkin. Sebaliknya, operator yang belum dilatih cenderung asal cepat, asal kuat, tanpa memikirkan hasil akhir.
Saya pernah adakan sesi evaluasi kecil dengan tim, membandingkan hasil wrapping dari operator baru dan lama. Hasilnya, film yang digunakan operator berpengalaman 20% lebih sedikit tapi kekuatannya justru lebih baik. Dari situ saya sadar, investasi pada pelatihan jauh lebih murah daripada kerugian akibat pemborosan.
Coba adakan pelatihan singkat setiap tiga bulan, lengkap dengan simulasi lapangan. Evaluasi hasil wrapping, hitung penggunaan film, dan beri feedback langsung. Cara ini tidak hanya meningkatkan efisiensi, tapi juga membangun rasa tanggung jawab antar tim.
Membangun Budaya Kerja yang Teliti dan Efisien
Semua kesalahan di atas punya satu akar yang sama: kurangnya perhatian pada detail. Stretch film sering dianggap hal sepele di gudang, padahal justru menjadi pelindung terakhir produk sebelum dikirim ke pelanggan. Satu kesalahan kecil di tahap ini bisa berarti retur besar, biaya tambahan, bahkan kehilangan kepercayaan dari klien.
Untuk menghindarinya, penting sekali membangun standar operasional (SOP) yang jelas — mulai dari cara menyimpan film, teknik pembungkusan, hingga jadwal perawatan alat. Dengan SOP/ tata cara kerja baku yang kuat, semua anggota tim punya acuan yang sama dan risiko kesalahan bisa ditekan.
Lebih jauh lagi, buatlah sistem monitoring sederhana. Misalnya, catat jumlah film yang digunakan per shift dan bandingkan dengan jumlah palet yang dibungkus. Jika angkanya tiba-tiba naik, berarti ada yang tidak efisien dan perlu diperiksa.
Kesimpulan
Sebagai orang yang pernah bekerja langsung di lapangan, saya bisa bilang bahwa keberhasilan operasional gudang tidak cuma soal kecepatan, tapi juga soal ketelitian dalam setiap detail. Stretch film memang alat sederhana, tapi efeknya besar terhadap keamanan, efisiensi, dan biaya.
Tujuh kesalahan umum yang sering terjadi saat menggunakan stretch film di gudang antara lain:
- Tegangan gulungan tidak konsisten
- Kurangnya pelatihan operator
- Arah pembungkusan yang salah
- Lilitan berlebihan
- Penggunaan jenis film yang tidak sesuai
- Perawatan mesin pembungkus diabaikan
- Tidak menyesuaikan film dengan suhu dan kondisi lingkungan
Jika ketujuh hal ini diperhatikan dan diperbaiki, maka proses wrapping akan jauh lebih efisien, aman, dan hemat biaya. Dan yang paling penting, produk Anda akan sampai ke tangan pelanggan dalam kondisi sempurna bukti nyata bahwa kerja gudang bukan hanya soal mengemas barang, tapi juga menjaga kualitas di setiap langkahnya. Baca juga 5 manfaat stretch film dalam proses pengiriman.

